Pada 16 Desember1997, lebih dari enam ratus anak Jepang masuk rumah sakit karena mengalami kejang-kejang epilepsi setelah menonton anime Pokemon episode Denno Senshi Pokemon (Electric Soldier Porygon – terjemah dalam bahasa Inggris) season 1 episode 38. Walhasil, episode ini tidak pernah ditayangkan lagi. Ini dikarenakan kilatan warna berpola biru dan merah yang ada pada episode tersebut dapat menyebabkan serangan epilepsi mendadak, bahkan terhadap orang yang sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit epilepsi.
Pada Maret 2000, Morrison entertainment Group, sebuah perusahaan mainan kecil di Manhattan Beach, California, menuntut Nintendo dengan alasan bahwa Pokemon telah meniru karakter-karakter dalam “Monster in My Pocket” milik mereka. Keputusan pengadilan menyatakan tidak ada peniruan, sehingga Morrison menarik tuntutannya pada November 2001.
Pokemon dikritik oleh berbagai agama, meliputi Kristen, Yahudi, dan Islam. Kristen menyatakan bahwa Pokemon secara umum telah menampilkan hal-hal gaib dan kekerasan sebagaimana konsep ”Pokemon Evolution”. Vatikan menyatakan bahwa permainan Pokemon Trading Card dan video gamesnya penuh dengan imajinasi yang berdaya cipta berlebihan. Di Inggris, ”Christian Power Cards” diperkenalkan tahun 1999 sebagai respon dan mengklaim Pokemon adalah setan. Permainan ini sama dengan Pokemon TCG tetapi menggunakan karakter-karakter dalam Bibel. Di tahun 1999, kelompok hak-hak Yahudi, Anti Deflamation League juga menekan Nintendo untuk merubah gambar Pokemon Trading Card untuk karakter Golbat dan Ditto karena kartu-kartu itu menampilkan sebuah penampakan kiri Manji, dimana liga mengartikannya sebagai anti-Semitism. Di tahun 2001, Saudi Arabia melarang game dan kartu Pokemon, karena menduga bahwa frenchise ini mempromosikan Zionism dalam pelanggaran doktrin Muslim. Pokemon juga dituduh menyebarkan bentuk sabung ayam dan materialisme. Di tahun 1999, dua anak berusia sembilan tahun menuntut Nintendo. Mereka menyatakan bahwa Pokemon Trading Card menyebabkan mereka mendapat masalah dengan perjudian.
0 komentar:
Posting Komentar